SISTEM KENDALI SUHU DAN KELEMBABAN UDARA OTOMATIS UNTUK TANAMAN ANGGREK
PADA GREEN HOUSE
Abstrak:
Anggrek
tumbuh di daerah yang suhunya rendah dengan kelembaban yang cukup tinggi, Hal
ini sering menjadi kendala bagi penggemar anggrek untuk membudidayakan anggrek
karena harus berhati-hati terhadap perubahan cuaca. Upaya yang dilakukan adalah
menyediakan tempat yang khusus untuk menanamnya. Prinsip kerja: Sensor SHT 11
berfungsi untuk mendeteksi tingkat suhu dan kelembaban pada ruangan miniatur
green house kemudian dikonversikan menjadi sinyal digital oleh rangkaian ADC.
Kemudian sinyal tersebut diproses dan dikontrol oleh Mikrokontroler AT89S51. Mikrokontroler berfungsi untuk mengontrol
heater, kipas satu, kipas dua, kipas tiga dan media pengairan dengan menggunakan driver solid
state untuk mengaktifkan kelima perangkat tersebut Sehingga dapat menentukan
tingkat suhu dan kelembaban udara yang diinginkan pada green house. Display
(LCD) berfungsi untuk menampilkan tingkat suhu dan kelembaban yang terukur.
Hasil dari pengujian yaitu: rata-rata error pada pengujian pertama dengan
posisi sensor di tengah ruangan,untuk suhu 1,96 % dan untuk kelembaban 3,54 %.
pada pengujian kedua dengan posisi sensor mendekati heater, untuk suhu 1,55 %
dan untuk kelembabannya 2,77 %. Pada pengujian ketiga dengan posisi sensor
menjauhi heater, untuk suhu 0,79 %, dan untuk kelembabannya 1,10%.
Kata Kunci: Sensor, Mikrokontroler, Otomatis, Green
House, LCD, Suhu dan Kelembaban.
PENDAHULUAN
Green house (rumah kaca) didefinisikan sebagai sebuah rumah
atau bangunan yang tembus sinar matahari yang dimanfaatkan untuk menanam
tanaman agar tanaman tersebut tumbuh secara optimal dan sesuai dengan harapan.
Begitu juga dengan perawatan, termasuk kondisi ruangan di dalam green house yang meliputi faktor sinar matahari yang
cukup, suhu dan kelembaban yang dibutuhkan.
Green house yang baik, terutama dalam konstruksinya,
bertujuan untuk membuat kondisi cuaca yang diperlukan dan dikendalikan sedapat
mungkin sehingga tanaman dapat tumbuh sepanjang tahun secara optimal. Untuk
tujuan tersebut, green house sebaiknya mempunyai transmisi cahaya yang
tinggi, konsumsi panas yang rendah, ventilasi yang cukup dan efisien, struktur
yang kuat, konstruksi, dan biaya operasional yang murah serta berkualitas
tinggi (M. Affan Fajar Falah, 2008).
Dalam kondisi suhu dan kelembaban RH (Relative
Humidity) yang sangat tinggi, pertumbuhan tanaman akan terhambat atau bahkan
terhenti, serta tanpa menghiraukan persediaan air, dan kemungkinan terjadi
keguguran daun atau berbuah sebelum waktunya. Bencana terhadap tanaman biasanya
berasal dari keadaan kering dan sangat panas. Angin yang diperkirakan dapat
menyebabkan pendinginan evaporatif hanya mempercepat penguapan dan
mengakibatkan dehidrasi (pengeringan) jaringan tanaman. Begitu juga dengan
bunga dan daun dapat menangkap insolasi pada lapisan atas sehingga kelembaban
maksimumnya terletak di sekitar puncak tanaman, kecuali jika tanaman masih
rendah dan masih terpencar. Oleh karena itu, pemanasan di sela-sela tanaman
dari tanah akan menentukan distribusi suhu vertikal (Ketut Wirawan, 2008).
Dalam pembuatan alat Sistem Kendali Suhu dan
Kelembaban Udara Otomatis untuk Tanaman Anggrek pada Green House ini, ada
beberapa tujuan yang mendasari perancangan alat tersebut, antara lain (1)
Mengukur suhu dan kelembaban udara pada miniatur green house, (2) Mengatur suhu
dan kelembaban udara pada green house untuk tanaman Anggrek, (3)Mengendalikan
suhu dan kelembaban udara otomatis pada miniatur Green house dengan menggunakan
produk dari Sensirion, yaitu sensor
SHT11 dan komponen serta rangkaian pendukung lainnya.
Suhu dan kelembaban udara
merupakan faktor lingkungan yang penting, karena berpengaruh pada pertumbuhan
tanaman dan berperan hampir pada semua proses pertumbuhan. Oleh karena itu,
pengendalian suhu dan kelembaban udara, dengan menggunakan sensor suhu dan
kelembaban dan rangkaian pendukung lainnya, merupakan alternatif yang mampu
menanggulangi permasalahan-permasalahan tersebut. Terutama tanaman pada rumah
kaca yang juga sangat memerlukan pengendalian suhu dan kelembaban udara secara
otomatis, karena di lingkungan bebas cuaca maupun faktor lainnya dapat berubah
sewaktu-waktu. Untuk itu, pengendalian secara otomatis sangat penting agar
hasil dari tanaman tersebut sesuai dengan harapan.
METODOLOGI PERANCANGAN
Dalam perancangan alat Sistem Kendali Suhu dan Kelembaban Udara Otomatis
untuk Tanaman Anggrek pada Green House
ini, diperlukan beberapa perangkat yang diantaranya ialah perangkat keras dan
perangkat lunak. Perangkat keras meliputi perancangan rangkaian power supply,
rangkaian driver solid state, rangkaian
minimum sistem mikrokontroler AT89S51, dan rangkaian LCD. Sedangkan
perancangan, untuk perangkat lunak meliputi pemrograman bahasa assembler. Pada
alat ini juga, terdapat perancangan untuk mekanis, yang meliputi perancangan
mekanik serta perancangan tata letak perangkat elektronika seperti heater, fan dan media pengairan.
Cara
Kerja Alat
Sensor SHT 11 berfungsi untuk mendeteksi tingkat
kelembaban pada ruangan miniatur green house, yang kemudian tingkat suhu
dan kelembaban yang telah terdeteksi dan dikonversikan menjadi sinyal digital
oleh rangkaian ADC yang telah menjadi satu modul dengan sensor tersebut,
kemudian sinyal tersebut diproses dan dikontrol oleh MikrokontrolerAT89S51. Mikrokontroller
tersebut berfungsi untuk mengontrol heater, kipas satu, kipas dua, kipas tiga
dan media pengairan, dengan menggunakan driver solid state untuk mengaktifkan
kelima perangkat tersebut. Sehingga
dapat menentukan tingkat suhu dan kelembaban udara yang diinginkan pada green house. Jika tingkat suhu udara
pada miniatur green house menurun/
kurang dari yang diharapkan, maka kipas tiga dan heater akan aktif bersamaan sampai tingkat suhu yang diharapkan.
Sedangakan jika tingkat suhu udara meningkat atau melebihi dari yang
diharapkan, maka media pengairan, akan aktif atau bekerja sampai dengan suhu
udara yang diharapkan, serta kipas satu dan dua juga akan aktif secara
bersamaan dengan media pengairan tersebut sebagai sirkulasi di dalam ruangan
miniatur green house. Display (LCD)
pada alat tersebut berfungsi untuk menampilkan tingkat suhu dan kelembaban yang
terukur dan dapat memudahkan pengguna
dalam pengecekan tingkat suhu dan kelembaban udara pada miniatur green house. (http://www.datasheetcatalog.com)
Perancangan
Rangkaian Power Supply
Rangkaian power supply pada Gambar 2 berfungsi untuk mensuplai
tegangan ke masing-masing blok, atau rangkaian yang lainnya. Dalam perancangan power supply ini, diperlukan tegangan +5
Volt DC dan tegangan +12 Volt DC.( Sugiarto, Agus. 2002)
Gambar 2. Rangkaian Power Supply dan Rangkaian
SHT11
Perancangan
Sensor Suhu dan Kelembaban
Suhu
dan kelembaban yang diinginkan ruangan pada miniatur green house untuk tanaman anggrek dengan suhu berkisar antara
28-30°C dan kelembaban berkisar antara 60-75% RH. Oleh karena itu, variabel yang
dideteksi oleh sensor harus memiliki nilai yang beroperasi seperti range yang diinginkan.
Sensor
yang digunakan adalah sensor suhu dan kelembaban (SHT11) produk dari
Sensirion.
Gambar 3. Rangkaian SHT11 dan Specification Interface
Perancangan
Rangkaian Mikrokontroler AT89S51
Rangkaian minimum sistem
ini menggunakan Mikrokontroler AT89S51 yang mempunyai empat port antara lain
(1) P0.0 – P0.7 digunakan untuk mengontrol LCD, (2) P1.1 – P1.2 digunakan
sebagai masukan dari sensor SHT11, (3) P1.5 digunakan untuk memberi perintah start / stop, (4) P2.6 digunakan
untuk Enable pada LCD, (5) P2.7 digunakan untuk RS pada LCD, (6) P3.1 – P3.5 digunakan untuk
mengontrol masing-masing driver solid
state, (7) Kaki ke-9 pada
mikrokonroler dihubungkan dengan rangkaian reset untuk mereset program, (8)
kaki 18 dan 19 pada mikrokontroler dihubungkan ke rangkaian clock, (9) kaki 40 dihubungkan ke Vcc + 5 Volt DC pada power supply, (10) kaki 20 dihubungkan ke ground
pada power supply.
(Bishop, Owen: 2004)
Perancanagan
Driver Solid State
Gambar 4 merupakan
rangkaian driver solid state.
Rangkaian driver ini, digunakan untuk
menjalankan kipas, heater, dan power pump. Rangkaian driver solid state ini, akan aktif bila diberikan
tegangan sebesar 5 Volt DC.
Gambar 4. Rangkaian Driver Solid State dan
Rangkaian LCD
(sumber://www.fairchildsemi.com 2006)
Perancangan
LCD
Berikut adalah
perancangan LCD M1632 (1) Pin
1 dihubungkan ke Ground, (2) Pin 2 dihubungkan ke Vcc +5V, (3) Pin 3
dihubungkan ke bagian tengah potensiometer 10KOhm sebagai pengatur kontras, (4)
Pin 4 untuk memberitahu LCD bahwa sinyal yang dikirim adalah data, jika Pin 4
ini diset ke logika 1 (high, +5V), atau memberitahu bahwa sinyal yang dikirim
adalah perintah jika pin ini di set ke logika 0 (low, 0V), (5) Pin 5 digunakan
untuk mengatur fungsi LCD. Jika di set ke logika 1 (high, +5V) maka LCD
berfungsi untuk menerima data (membaca data). Dan berfungsi untuk mengeluarkan
data, jika pin ini di set ke logika 0 (low, 0V). Namun kebanyakan aplikasi
hanya digunakan untuk menerima data, sehingga pin 5 ini selalu dihubungkan ke
Gnd, (6) Pin 6 adalah terminal enable. Berlogika 1 setiap kali pengiriman atau
pembacaan data, (7) Pin 7 – Pin 14 adalah data 8 bit (aplikasi ini menggunakan
4 bit MSB saja, sehingga pin data yang digunakan hanya pin 11 – Pin 14), (8)
Pin 15 dan Pin 16 adalah tegangan untuk menyalakan lampu LCD.
(http://www.innovativeelectronics.com)
Perancangan Perangkat Lunak
Perancagan perangkat lunak dimulai dengan membuat
flowchart agar apa yang direncanakan
sesuai dengan program untuk menjalankan perintah, baik untuk membaca, menulis,
maupun untuk membandingkan data yang dimasukkan ke dalam program. (http://www.elektronika.com 1997)
Gambar
5 menjelaskan mengenai proses kerja sistem kendali suhu dan kelembaban udara
otomatis pada green house untuk
tanaman anggrek. Dimulai dari menjalankan program dengan melakukan inisialisasi
LCD (Display On, Blank Screen, Cursor Off, Blink, dan Shift Right).
Proses selanjutnya dilakukan reset status oleh mikrokontroler, serta
pembacaan set data batas yaitu 29oC. Setelah melakukan
pembacaan data batas, program akan melakukan penulisan nama dan NIM pembuat
pada LCD diikuti delay. Melakukan penulisan Jurusan dan Universitas
diikukti delay. Kemudian dilakukan penulisan suhu dan humi pada LCD.
Apabila tombol start ditekan, maka heater dan kipas 3 akan aktif. Proses selanjutnya adalah
melakukan pembacaan suhu dan kelembaban oleh sensor SHT11. Program melakukan
pengecekan range batas suhu yaitu 28o-30oC dengan data suhu diikuti delay dan begitu seterusnya sampai power
supply dimatikan. (http://www.atmel.com)
Gambar 6. Flowchart Pembacaan Suhu dan Kelembaban
Gambar 6 di atas menjelaskan mengenai program pembacaan suhu dan kelembaban pada
sistem kendali suhu dan kelembaban udara otomatis pada green house untuk tanaman anggrek menggunakan sensor SHT11. Sensor
SHT11 akan melakukan proses pembacaan suhu dan kelembaban dengan menggunakan software.
Program utama pembacaan sensor SHT11 dengan menggunakan bahasa assembly akan
diproses.Proses pertama kali dilakukan adalah menentukan definisi pin I/O (Data
dan Clock) untuk komunikasi serial 2-ware, dan deklarasi variabel
temperatur dan kelembaban sebagai tempat untuk menampung data pengukuran.
Kemudian program akan mengirimkan data pengukuran ke SHT11 untuk melakukan
pengukuran suhu, dengan alamat suhu = 00000011 dan kelembaban dengan alamat
00000101 (Sensirion, 2007:3). Setelah
itu, program menunggu sampai proses pengukuran selesai yaitu saat pin Data
berlogika 0. kemudian membaca data pengukuran dan mengolahnya dengan rumus
pengukuran suhu (Temp = d1 + d2 x SOT) dan kelembaban dengan rumus
(RH = C1 + C2 x SORH + (C3 x SORH2 ) (Sensirion,
2007:5) lalu disimpan ke dalam variabel suhu dan kelembaban. Kemudian kembali (return)
ke flowchart program utama.
HASIL DAN ANALISA
Hasil dan Analisis
Pengujian Sensor SHT11
Dari pengujian sensor sistem, didapat hasil yang telah diamati pada saat
pengujan tersebut, antara lain:
Tabel 1. Pengujian Sensor di Tengah
Ruangan Miniatur Green House dan di Dekat Heater pada Ruangan Miniatur Green
House
Tengah Ruangan Miniatur
|
Ruangan Miniatur
|
||||||||||||||||||
No.
|
Suhu ( °c )
|
Kelembaban ( % RH )
|
No.
|
Suhu ( °c )
|
Kelembaban ( % RH )
|
||||||||||||||
D
|
A
|
% E
|
D
|
A
|
% E
|
D
|
A
|
% E
|
D
|
A
|
% E
|
||||||||
1
|
28
|
27
|
3.70
|
62
|
61
|
1.64
|
1
|
27
|
28
|
3.57
|
62
|
62
|
0
|
||||||
2
|
28
|
28
|
0
|
63
|
61
|
3.28
|
2
|
29
|
28
|
3.57
|
64
|
64
|
0
|
||||||
3
|
29
|
28
|
3.57
|
63
|
62
|
1.61
|
3
|
30
|
29
|
3.48
|
60
|
63
|
4.76
|
||||||
4
|
30
|
28
|
7.14
|
59
|
62
|
4.84
|
4
|
29
|
28
|
3.57
|
62
|
63
|
1.59
|
||||||
5
|
29
|
28
|
3.57
|
60
|
62
|
3.23
|
5
|
29
|
28
|
3.57
|
63
|
64
|
1.56
|
||||||
6
|
29
|
28
|
3.57
|
61
|
62
|
1.61
|
6
|
29
|
29
|
0
|
64
|
64
|
0
|
||||||
7
|
29
|
28
|
3.57
|
62
|
62
|
0
|
7
|
29
|
29
|
0
|
62
|
63
|
4.76
|
||||||
8
|
28
|
28
|
0
|
64
|
62
|
3.23
|
8
|
28
|
29
|
3.45
|
63
|
64
|
1.56
|
||||||
9
|
29
|
28
|
3.57
|
65
|
62
|
4.84
|
9
|
29
|
29
|
0
|
62
|
63
|
4.76
|
||||||
10
|
29
|
29
|
0
|
64
|
62
|
3.23
|
10
|
28
|
28
|
0
|
61
|
63
|
3.17
|
||||||
11
|
28
|
28
|
0
|
66
|
62
|
6.45
|
11
|
29
|
29
|
0
|
61
|
63
|
3.17
|
||||||
12
|
29
|
28
|
3.57
|
65
|
62
|
4.84
|
12
|
29
|
29
|
0
|
62
|
63
|
4.76
|
||||||
13
|
29
|
29
|
0
|
64
|
62
|
3.23
|
13
|
28
|
28
|
0
|
61
|
63
|
3.17
|
||||||
14
|
29
|
29
|
0
|
65
|
62
|
4.84
|
14
|
29
|
28
|
3.57
|
62
|
63
|
4.76
|
||||||
15
|
28
|
29
|
3.44
|
65
|
62
|
4.84
|
15
|
28
|
28
|
0
|
61
|
63
|
3.17
|
||||||
16
|
29
|
29
|
0
|
66
|
63
|
4.76
|
16
|
29
|
29
|
0
|
61
|
63
|
3.17
|
||||||
17
|
29
|
29
|
0
|
65
|
63
|
3.17
|
Jml E = 24.78
|
Jml E = 44.36
|
|||||||||||
18
|
28
|
28
|
0
|
65
|
63
|
3.17
|
Ratra2 E = 1.55
|
Ratra2 E = 2.77
|
|||||||||||
19
|
29
|
28
|
3.57
|
65
|
63
|
3.17
|
|||||||||||||
20
|
28
|
28
|
0
|
66
|
63
|
4.76
|
|||||||||||||
Jml E = 39.27
|
Jml E = 70.74
|
||||||||||||||||||
Ratra2 E = 1.96
|
Ratra2 E = 3.54
|
||||||||||||||||||
Tabel 3. Pengujian Sensor Menjauhi Heater pada Ruangan Miniatur Green House
No.
|
Suhu ( °c )
|
Kelembaban ( % RH )
|
No.
|
Suhu ( °c )
|
Kelembaban ( % RH )
|
||||||||
D
|
A
|
% E
|
D
|
A
|
% E
|
D
|
A
|
% E
|
D
|
A
|
% E
|
||
1
|
28
|
28
|
0
|
63
|
63
|
0
|
17
|
28
|
28
|
0
|
61
|
61
|
0
|
2
|
28
|
28
|
0
|
62
|
63
|
1.59
|
18
|
29
|
29
|
0
|
60
|
61
|
1.64
|
3
|
28
|
28
|
0
|
63
|
63
|
0
|
19
|
28
|
28
|
0
|
61
|
61
|
0
|
4
|
28
|
28
|
0
|
64
|
63
|
1.59
|
20
|
29
|
28
|
3.57
|
61
|
61
|
0
|
5
|
29
|
29
|
0
|
62
|
62
|
0
|
21
|
29
|
29
|
0
|
60
|
61
|
1.64
|
6
|
29
|
29
|
0
|
60
|
62
|
3.23
|
22
|
28
|
29
|
3.44
|
61
|
61
|
0
|
7
|
29
|
29
|
0
|
59
|
61
|
3.28
|
23
|
29
|
29
|
0
|
62
|
61
|
1.64
|
8
|
29
|
29
|
0
|
58
|
61
|
4.92
|
24
|
29
|
29
|
0
|
61
|
61
|
0
|
9
|
29
|
29
|
0
|
59
|
61
|
3.28
|
25
|
29
|
28
|
3.57
|
61
|
61
|
0
|
10
|
29
|
29
|
0
|
60
|
61
|
1.64
|
26
|
28
|
28
|
0
|
62
|
61
|
1.64
|
11
|
28
|
29
|
3.44
|
61
|
61
|
0
|
27
|
28
|
28
|
0
|
63
|
62
|
1.61
|
12
|
28
|
28
|
0
|
62
|
61
|
1.64
|
28
|
29
|
28
|
3.57
|
62
|
62
|
0
|
13
|
29
|
29
|
3.57
|
62
|
61
|
1.64
|
29
|
29
|
29
|
0
|
62
|
62
|
0
|
14
|
29
|
29
|
0
|
61
|
61
|
0
|
30
|
28
|
28
|
0
|
63
|
62
|
1.61
|
15
|
28
|
29
|
3.44
|
60
|
61
|
1.64
|
31
|
28
|
28
|
0
|
62
|
62
|
0
|
16
|
29
|
29
|
0
|
61
|
61
|
0
|
|
Jml
E= 24.6
|
Jml
E= 34.23
|
||||
|
Ratra2
= 0.79
|
Ratra2
= 1.10
|
Error= suhu sensor analog – suhu sensor digital x 100%
suhu sensor analog
kelembaban sensor analog – kelembaban
sensor digital x 100%
kelembaban
sensor analog
Dari
ketiga hasil pegujian sensor SHT11 pada ruangan miniatur green house yang di bandingkan dengan alat ukur suhu dan kelembaban
analog di atas, dapat tarik kesimpulan bahwa hasil pengukuran suhu dan
kelembaban yang dideteksi oleh kedua alat ukur, tidak linier atau teratur, hal
tersebut dikarenakan adanya banyak variabel yang mempengaruhi kondisi di dalam
ruangan miniatur green house tersebut,
seperti halnya peningkatan suhu maupun kelembaban yang dihasilkan oleh media
pemanasan dan media pengairan. Eror juga terjadi karena tingkat kepekaan untuk
mendeteksi suhu atau kelembaban yang dideteksi oleh kedua alat ukur tersebut
berbeda, karena tingkat kepekaan sensor digital (SHT11) lebih tinggi dan lebih
cepat dibandingkan dengan alat ukur analog.
KESIMPULAN
Dari hasil
perancangan, pembuatan, pengujian dan analisis Sistem Kendali Suhu dan
Kelembaban Udara Otomatis untuk Tanaman Anggrek pada Green House tersebut, maka dapat disimpulkan, antara lain (1) Dalam
mengukur suhu dan kelembaban udara pada miniatur green house diperlukan sensor yang responnya cepat dan peka
terhadap perubahan suhu maupun kelembaban sekitar, oleh karena itu pada
pembuatan alat ini menggunakan sensor suhu dan kelembaban, yaitu sensor modul
SHT11, karena bila dibandingkan dengan alat ukur suhu dan kelembaban yang
analog, hasil pengukuran dengan menggunakan sensor modul lebih peka terhadap
perubahan suhu dan kelembaban pada ruangan miniatur green house. (2)Untuk mengatur suhu dan kelembaban udara pada green house untuk tanaman Anggrek, diperlukan
beberapa media untuk meningkatkan suhu dan kelembaban udara tersebut, yaitu dengan menggunakan
media pemanasan (heater), media
sirkulasi udara (kipas), dan dengan menggunakan media pengairan (power pump).(3)Untuk mengendalikan suhu
dan kelembaban udara secara otomatis pada miniatur green house, diperlukan suatu rancangan yang dapat bekerja secara
otomatis, diantaranya dengan menggunakan sensor modul SHT11 untuk mendeteksi
suhu dan kelembaban udara di dalam ruangan, dan kemudian suhu serta kelembaban yang
terukur tersebut, diproses dan di kontrol oleh mikrokontroler AT89S51, yang
selanjutnya mikrokontroler tersebut mengendalikan media pemanas, sirkulasi
udara, dan pengairan secara otomatis untuk meningkatkan atau menurunkan suhu
dan kelembaban pada ruangan, dengan menuliskan program-program aplikasi pada
mikrokontroler, dan dengan program batas suhu yang sesaui dengan range suhu pada tanaman Anggrek, agar
suhu dan kelembaban dapat dikendalikan secara otomatis.
SARAN
Di
harapkan alat ini dapat lebih dikembangkan, baik dari segi fungsi maupun
aplikasi serta implementasi lainnya, seperti (1)Fungsi dari alat, di harapkan
bisa diperluas lagi, agar tidak hanya bisa mengukur dan mengendalikan suhu dan
kelembaban saja, tetapi bisa untuk variabel lainnya.(2)Diharapkan aplikasi dari
alat ini bukan hanya dikontrol dari mikrokontroler, akan tetapi bisa dengan
menggunakan PC, atau media lainnya. (3)Diharapkan implementasi dari alat ini,
bisa diperluas agar jenis tanaman yang lain juga bisa menjadi obyek yang bisa diimplementasikan
pada alat ini, atau bahkan termasuk juga pada binatang.
DAFTAR PUSTAKA
Bishop, Owen. 2004. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Sugiarto, Agus. 2002. Penerapan Dasar Transducer dan Sensor. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Sensirion. 2006. SHT1x SHT7x Humidity & Temperature
Sensor, (Oline), (http://www.sesnsirion.com/datasheet/pdf/reps,
Diakses 10 Februari 2009).
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah.
Malang: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Negeri Malang.
http://www.atmel.com
2006 (Online). Diakses 14 Juni 2009.
http://www.datasheetcatalog.com (Online). Diakses 19 Maret 2009.
http://www.elektronika.com 1997 (Online). Diakses 19 Maret 2009.
http://www.parallax.com 2007 (Online). Diakses 10
Februari 2009.
Sumber :
http://kemahasiswaan.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/04/PKM-AI-10-UM-Tahta-Sistem-Kendali-Suhu-.docx